Review:
Sci-fi thriller British kecil ini mencoba
kembali menghadirkan bagaimana manusia bermain-main sebagai Tuhan ketika
menciptakan sesuatu yang tidak bisa dikendalikannya. Settingnya berada
di masa depan yang tampaknya tidak jauh dari sekarang, masa depan ketika
perang dingin antara sekutu dan Cina sudah berada di depan pintu, masa
depan di mana ilmuwan pintar macam Dr. Vincent McCarthy (Toby Stephens)
yang bekerja buat pemerintah dan militer mencoba kembali melanjutkan
proyek A.I-nya setelah kekacauan yang terjadi sebelumnya.
McCarthy berada di tengah-tengah dua kepentingan yang berbeda, di satu sisi ia ditugaskan untuk membuat tentara super dengan implan otak baru yang berisisi program rancangannya, di satu sisi ia juga memanfaatkan temuannya itu buat putrinya yang mengidap autisme. Dan ketika kolega barunya, Ava (Caity Lotz) tewas terbunuh, ia kemudian menghidupkanya kembali dalam wujud mesin. Usaha manusia menciptakan mesin sesempurna manusia sudah terekam berlulang-ulang dalam dunia film, sebut saja cult klasik Blade Runner, RoboCop sampai franchise Terminator atau The Matrix, tetapi jangan mengharapkan The Machine akan tampil sebesar seperti koleganya itu meskipun mengusung konsep sama. Sebagai sebuah film low budget yang budget-nya mungkin tidak cukup untuk membayar honor Chris Evand di sekuel Captain America, sutradara asal Wales Caradog W. James harus memutar otak untuk memaksimalkan premis besarnya dengan dana dan set terbatas. Settingnya hanya berputar-putar di sebuah bungker militer besar, sebagian besar dananya mungkin hanya untuk menampilkan CGI berbentuk teknologi komputer canggih dan tentu saja sang mesin cantik dalam wujud Caity Lotz yang dibangkitkan dari kematian untuk dijadikan tentara super yang berkilauan. Masalahnya adalah ketika ciptaan si dokter ternyata dlluar dugaan bisa berpikir dan memiliki emosi layaknya manusia yang berbuntut dan kompleksitas moral. Ya, berbicara soal moral dan pilihan-pilihan sulit, sepertinya hal-hal filosfis macam perkataan sang mesin yang dalam kepada McCarthy, “what makes my clever imitation of life any different from theirs? Apart from their flesh, what makes them any different from me?” coba ditonjolkan Caradog W. James guna mengalihkan presentasi klasik fiksi ilmiah suramnya yang minim kemewahan. Masalahnya, naskah besutan James bukan hanya terlalu klise dengan segala cerita tentang bagaimana robot yang ingin menjadi manusia, namun juga ia tidak pernah benar-benar kuat membentuk segala urusan moral, termasuk sentuhan dramanya yang juga gagal menciptakan emosi yang semestinya, belum lagi beberapa subplot tentang industri militer dan pemberontakan para ‘mesin’ yang coba dijejelkan ke dalamnya ternyata tidak terlalu berguna menopang plot utamanya. Sentralnya memang ada pada karkater Dr. Vincent McCarthy yang dimainkan oleh musuh James Bond dalam Die Another Day, Toby Stephens, tetapi bagaimanapun pada akhirnya semua perhatian tersita oleh bintang serial televisi Arrow yang juga mantan penari buat video klip Lady Gaga, Caity Lotz. Lotz harus menjadi ‘agen’ ganda yang tampil manis sebagai manusia dan dingin sebagai mesin yang belajar menjadi manusia.
Download Single Link:
TF: http://tusfiles.net/jqokf65zicer
SB: http://adf.ly/jXB6R HF: http://adf.ly/jXBFV UP: http://adf.ly/jXBON BU: http://adf.ly/jXBVs Subtitle: br-thmchn-2013.zip Bahasa: Indonesia [Manual]
Format : SUB & SRT
Subtitle By:Kgs_Dedi Download Single Link: TF: http://tusfiles.net/o9tkagi8yvyx SB: http://adf.ly/jXG1z HF: http://adf.ly/jXfjP UP: http://adf.ly/jXG94 BU: http://adf.ly/jXGH4 Subtitle: br-thmchn-2013.zip Bahasa: Indonesia [Manual] Format : SUB & SRT
Subtitle By:Kgs_Dedi
|
Tag :
movie
0 Komentar untuk "The Machine + Subtitle Indonesia"